TEKNIK TERAPI PADA HIPNOTERAPI

1. IDEOMOTOR RESPONSE

Ideo motor response
Kien merespon pertanyaan Ya/tidak melalui gerakan jari.*
Kita mengharap informasi yang lebih akurat dari alam bawah sadarnya melalui response ideomotor daripada melalui jawaban lisan. Karena jawaban lisan bisa "mengelabuhi", lebih2 pada keadaan trans yang kurang dalam.
Meskipun demikian Ideomotor response (IMR)masih juga belum menjamin suatu kebenaran total.
Kalau kita akan menggunakan IMR) perlu suatu kesepakatan sebelumnya. Jari mana yg digunakan untuk menjawab Ya,Tidak, Tidak Tahu(atau tidak mau memberitau)Sebaiknya klien saja yang membuat pilihan itu.
Jika dlm waktu 30detik klien belum menjawab, ulangi pertanyaan dgn kata2 yang berbeda.
Gunakan selalu suara bernada datar dengan maksud agar klien tidak dipimpin dalam mengambil kesimpulan.*
Perlu diperhatikan bila klien menjawab tidak tau segera setelah satu pertanyaan, maka kemungkinan besar ada keterlibatan kesadaran. Untuk itu perdalam lagi dan ulangi pertanyaannya.

2. HYPNOTIC REGRESSION

adalah teknik yang digunakan untuk membawa klien mundur ke masa lampau untuk menemukan masalah

Sebaiknya dipersiapkan :

1. Persiapan klien dalam prainduksi
Jelaskan pada klien apa yang dimaksud terapi regresi, apa yang akan dilakukan terhadap klien dan apa yang diharapkan dari terapi ini
Termasuk induksi yang diberikan sesuai keadaan klien

2. Pahami perbedaan antara leading dan guiding
Ini harus dipahamai oleh terapis sehingga klien tidak masuk dalam “false memory”
Contoh Guiding dapat berupa pertanyaan :
Apa yang terjadi ?….
Anda didalam atau diluar ?
Jika respon klien : “ada orang lain..” tanyakan siapa itu ?
Jika respon klien “sendiri”…. Tanyakan apa yang anda lihat,dengar atau rasakan ?

3. Penyediaan tempat kedamaian,penanganan abreaksi
Klien dapat mengalami abreaksi karena klien mengalami kembali kejadian atau pengalaman yang traumatic.
Jika mengalamai abreaksi, klien dapat diminta kembali ke tempat kedamaian sehingga klien akan merasa tenang kembali.

4..Memperkuat pemahaman baru
pikiran bawah sadar klien di re-edukasi sehubungan dengan pengalaman traumatiknya

Dalam melakukan teknik regresi perlu dilakukan trans yang dalam.
Bila hanya trans ringan, peristiwa traumatic itu akan semakin memperburuk kondisi klien..Sebaliknya dalam kondisi trans yang dalam efek pengalaman traumatiknya akan sangat berkurang.

Teknik Regresi dapat dengan cara menghitung mundur dengan usia atau kalender


3. SYSTEMATIC DESENSITIZATION
Teknik yang bertujuan mengurangi sesitifitas klien terhadap phobia.

Ini sudah ada contohnya di KHO, tapi saya lupa tempatnya...


4. IMPLOSIVE DESENSITIZATION

Untuk menurunkan intensitas emosi secara bertahap.
Klien diberi waktu untuk abreaksi trus diminta kembali ke tempat kedamaian, masuk lagi ke abreaksi, kembali ke tempat kedamaian... ....dst. sehingga intensitas emosinya akan menurun secara bertahap.

5. POSITIVE PROGRAMMED IMAGERY

Klien diminta membayangkan emosinya keluar tubuh dlm bentuk yang ditentukan klien sendiri( mis.: bentuk bola). Kemudian kita meminta memperkecil *bentuk itu yang artinya emosinya diperkecil/menghilang.
Imajinasinya hrs baik,olehkarena itu teknik ini hanya baik untuk klien yang bertipe visual.

6. THE INFORMED CHILD TECHNIQUE

Sama dengan implosive desensitization. Hanya saja kita sebagai terapi mensugesti klien kembali ke masa lampaunya dgn membawa semua pengetahuan, pengalaman, kebijaksanaan dan pengertian yang dimiliki saat ini (saat dewasa /dengan pemikiran dewasa)
Jadi, klien melihat *kejadian dengan pandangan yang berbeda, mendapatkan kebijaksanaan dari pengalaman traumatiknya. Kemudian dapat melakukan pelepasan(release) dan relearning sesuai keinginannya.
7. GESTALT THERAPHY

Teknik ini dilakukan dengan "role play" (permainan peran/bersandiwara).
Klien diminta unt memainkan peran secara bergantian, baik sebagai dirinya sendiri maupun sebagai orang lain yang menjadi penyebab traumanya.

8. REFRAMING

Pada mulanya teknik ini dilakukan dgn informed child technique lalu gunakan gestalt theraphy (tidak selalu) .
Kemudian kita sebagai terapis dapat mengajukan pertanyaan, misalnya :" bagaimana diri anda YANG DEWASA menangani masalah ini ?"

9. VERBALIZING

Bila klien sudah dapat mengucapkan sendiri apa yang harus dilakukan untuk mengatasi masalahnya menurut pemikiran dewasanya, ini akan berefek sangat kuat daripada bila ucapannya dilakukan oleh terapisnya.

10. DIRECT SUGGESTION

Berikan sugesti langsung setelah klien melakukan verbalizing dan kemudian untuk mengetahui apakah sugesti yang diberikan itu telah benar ditrima oleh bawah sadarnya, dapat di check melalui ideomotor response

11.INNER GUIDE..

Intinya di terapi ini, klien dibawa ke kondisi sangat dalam dan kemudian dibawa bertemu sosok diri yang lebih tinggi (higher self). Higher self, atau sang Bijak ini adalah bagian spiritual dalam diri kita yang mencerminkan nilai-nilai yang kita miliki. Dalam banyak situasi higher self ini sering digambarkan sebagai sosok Tuhan, atau sosok malaikat di dalam diri kita.

Yang perlu diperhatikan sebelum melakukan terapi ini adalah jelaskan dulu kepada klien apa yang dimaksud dengan higher self. Hal ini penting supaya klien tidak mispersepsi. Biarkan klien menemukan sendiri higher selfnya, tidak perlu kita yang melakukan guide seperti apa higher self itu. Ini penting karena ada orang yang menganggap sosok bijak itu adalah ibunya, atau hanya berupa sinar saja, dll. Jadi jangan kita tentukan sosoknya. Ingat, bawah sadar itu tidak bisa kita paksa.

15. Part Theraphy
Terapi ini biasa digunakan untuk memediasi bagian-bagian tubuh yang berkonflik. Setiap individu sesungguhnya memiiliki bagian-bagian yang semuanya saling bekerjasama. Tetapi seringkali bagian-bagian tersebut berkonflik dalam mengerjakan tugasnya masing-masing. Misalnya (ini hanya contoh, setiap klien bisa berbeda), ada klien yang ingin berhenti merokok tetapi berapakalipun ia mencoba tetap gagal. Setelah diterapi ternyata ada bagian yang tidak ingin berhenti merokok. maka bagian yang ingin berhenti dan tidak ingin ini harus dimediasi.

16. Dream Theraphy
Saya tidak pernah pakai & tidak tahu tentang terapi yang ini...

17. Time Line Theraphy (TLT)
Timeline Therapy dilakukan bisa digunakan untuk mengubah persepsi klien atas kejadian masa lalu atau bahkan melakukan visualisasi atas pencapaian target klien di masa yang akan datang.

TLT diawali dengan mencari tahu linimasa dari klien. Caranya, klien diminta mengingat beberapa kejadian di masa lalu, dan tanyakan letaknya (apakah di belakang, atau di samping), kemudian membayangkan beberapa kejadian di masa depan dan tanyakan letaknya. Hubungkan semua titik waktu tersebut dengan garis. Panjangkan garis tersebut ke arah masa lalu dan masa depan.

Nah untuk melakukan terapi, misalnya klien memerlukan terapi karena ia merasa bersalah tidak berada di sisi ayahnya saat meninggal, caranya adalah sebagai berikut:

Minta klien membayangkan dirinya berdiri di titik sekarang di linimasanya.
Minta bayangkan jiwanya terangkat jauh hingga ia bisa melihat linimasanya dari awal hingga akhir.
Bayangkan dirinya terbang menyusuri linimasanya hingga ke titik saat terakhir bertemu sebelum ayahnya meninggal.
Bawa dirinya turun melihat kejadiannya dengan terdisosiasi.
Bawa mundur lagi sedikit, lalu asosiasikan. bawa klien masuk ke dirinya saat itu, dengan pembelajarannya sekarang (seperti informed child).
Dengan jiwanya yang sekarang biarkan klien mengubah masa lalunya dengan melakukan yang ia ingin lakukan.Jika sudah, hal di atas bisa diulang hingga 6 kali untuk menanamkan pembelajaran yang baru.
Tarik jiwa klien kembali terbang dan masuk ke dirinya sekarang.